INGIN PASANG IKLAN ATAU ADVETORIAL DI SINI? HUBUNGI AYU DEVIE (+6281 916 405 532) ATAU WAYAN SUNANTARA (+6281 558 184 955)

SELAMAT JALAN PAK WIJANA

Kalau mau jujur, nama I Ketut Wijana, SH., harus dicatat dengan tinta emas dalam sejarah pemerintahan di Kabupaten Jembrana karena andil tidak kecil bagi penyelamatan proses ketatapemerintahan di Jembrana, pasca terpilihnya Prof. Dr. I Gede Winasa untuk pertama kalinya menjabat sebagai Bupati Jembrana masa bhakti 2000-2005.

Seperti yang tertulis di dalam Biografi Prof. Winasa, “Anak Desa Penantang Zaman”, situasi dan kondisi perpolitikan di Kabupaten Jembrana, bahkan Indonesia, di awal-awal reformasi menunjukkan kegamangan dan ketidakpastian, yang disebabkan oleh perubahan paradigma berpikir masyarakat akan bangunan peradaban yang bernama politik dan demokrasi. Maka, sangat tepat jika kemudian masa-masa itu lebih pantas disebut sebagai eforia reformasi, eforia demokrasi, atau demokrasi yang kebablasan.

Demikian juga halnya dengan kehadiran sosok flamboyan, I Ketut Wijana, SH., yang ditunjuk Gubernur Bali saat itu, Dewa Made Berata, sebagai Pelaksana Tugas Bupati Jembrana, setelah tertundanya pelantikan Bupati Jembrana terpilih (pasangan Prof. Winasa dan Ir. Suania), yang lebih disebabkan oleh apa yang diistilahkan sebagai political error atau democratic error, mengingat saat itu merupakan masa transisi dari sikap hidup yang tertutup (Orde Baru) ke era yang lebih terbuka (Era Reformasi).

Ditunjuknya Wijana sebagai Pelaksana Tugas Bupati Jembrana oleh Gubernur Dewa Made Berata haruslah dipandang sebagai anugerah bagi Kabupaten Jembrana. Karena sebagai sosok birokrasi pemerintahan, Wijana memang dikenal sebagai pribadi yang utuh dan sosok Pamong praja yang mumpuni. Selain penampilannya yang santun, kelebihan Wijana dibandingkan dengan sosok birokrat pemerintahan yang lain adalah, beliau memiliki apa yang disebut kesejatian diri atau empati sebagai Pamong praja.

Selain vokal atau suaranya yang khas, ciri menarik Wijana rupanya terletak pada kemampuannya menampilkan figur seorang ayah yang menempatkan kesantunan, tata krama dan budi pekerti sebagai yang utama. “Manusia dinilai bukan lantaran kekayaan atau jabatannya, melainkan karena perilakunya. Apakah dia memiliki kesantunan di dalam bergaul? Apakah dia berbudi pekerti luhur? Atau, apakah dia merupakan sosok yang senantiasa menjaga tata krama di dalam pergaulannya?” demikian Wijana pada suatu malam di rumah dinasnya selama di Jembrana, di bilangan LC Dauh Waru.

Wijana adalah sosok birokrat pemerintahan tulen. Secara profesional, Wijana merupakan cermin bening dari sosok dan laku budaya seorang Pamong praja. Atas dedikasinya yang tinggi itulah, Wijana menyelesaikan benang kusut perpolitikan Jembrana di awal-awal reformasi secara manis. Demikian juga dengan tugas-tugas lainnya yang berhubungan dengan perilaku pemerintahan di Bali, seperti sebagai Pelaksana Tugas Bupati Buleleng dan lainnya.

Di dalam laku dan perilakunya sebagai pamong praja, Wijana seolah sadar betul dengan kesejatian dari keberadaan seorang pamong praja dan juga birokrasi pemerintahan. Berangkat dari situlah, Wijana mulai mengurai benang kusut jagat politik di Kabupaten Jembrana yang sempat ramai dengan “dar der dor-nya”.

“Selain memberikan pelayanan kepada masyarakat, tugas utama saya adalah sampai pada penyelenggaraan pelantikan bupati terpilih. Selebihnya tidak, apalagi sampai ikut-ikutan menggagalkan pelantikan. Itu salah besar. Mereka sudah terpilih sesuai dengan mekanisme politik dan demokrasi serta aturan hukum yang mengikatnya,” demikian Wijana menjawab pertanyaan dari teman-teman pewarta saat itu.

Keberadaan Wijana tentunya juga tidak luput dari tarik ulur kepentingan politik. Tetapi, ketegasan serta profesionalisme Wijana mampu meredam berbagai intrik politik yang ada. Dan sebagai sebuah pribadi utuh, Pak Ketut Wijana juga menunjukkan sikap kesejatiannya sebagai pamong praja yang tidak menggoyahkan.

Seperti diketahui, semua itu akhirnya bermuara pada dilantiknya pasangan Bupati dan Wakil Bupati Jembrana, Prof. Dr. I Gede Winasa dan Ir. I Ketut Suania, dengan lancar oleh Gubernur Bali, Dewa Made Berata.

Kini Wijana memang hanyalah tinggal kenangan. Tetapi pelajaran yang diberikannya, seringkali menjadi motivasi dan inspirasi kerja sebagai PNS.
BACA JUGA :


Comments :

0 komentar to “SELAMAT JALAN PAK WIJANA”

Posting Komentar