INGIN PASANG IKLAN ATAU ADVETORIAL DI SINI? HUBUNGI AYU DEVIE (+6281 916 405 532) ATAU WAYAN SUNANTARA (+6281 558 184 955)

Ni Wayan Koriani, SH; Pola Keibuan dan Joke-Joke Segar

Seorang pemimpin haruslah memiliki integritas dan kejelasan visi, termasuk solusi atas segala permasalahan yang dihadapi. Selain itu, seorang pemimpin haruslah mampu memaknai kearifan budaya, nilai-nilai universal dan nilai-nilai lokal sebagai pijakan sehingga tidak tercabut dari akar budayanya sendiri. Hal inilah rupanya yang selama ini mendasari kepemimpinan Ni Wayan Koriani, SH., di dalam memangku jabatan sebagai Camat Negara. Bagaimana pendekatan-pendekatan yang dilakukannya agar mampu mendekatkan diri dengan masyarakat yang dipimpinnya? Berikut petikan wawancara wartawan Indep-News, Wendra Wijaya dan Nuko “De’A” Yogantara dengan satu-satunya camat perempuan yang memimpin 12 desa/kelurahan dengan penduduk lebih dari 120 ribu jiwa di Jembrana.

Bagaimana pandangan ibu tentang sebuah kedudukan?
Sejatinya, kedudukan merupakan sebuah kewajiban dan tugas berat yang harus diemban dan dilaksanakan oleh para pemangku jabatan. Hal ini tentu sangat dipahami para pemimpin atau pemangku jabatan. Tapi sayangnya, tidak semua yang berhasil melaksanakan kesejatian ini. Seorang pemimpin harus ada untuk masyarakatnya, bukan sebaliknya! Seorang pemimpin (camat) tidak boleh hanya duduk di ruang kerjanya saja, tetapi harus selalu terjun ke masyarakat.

Di saat awal menjabat sebagai camat, saya sempat stres berat. Mungkin saya terlalu berpikir macam-macam. Tapi ketika dijalani, ternyata ini sungguh mengasyikkan. Saya selalu berusaha mengakomodir keinginan ataupun keluhan masyarakat dengan pendekatan yang sederhana. Ya, biarkan saja semuanya mengalir.

Seperti apa pendekatan sederhana yang anda maksud?
Selama ini saya hanya melakukan pendekatan kekeluargaan. Misalnya, ketika melakukan pertemuan dengan warga, saya selalu berusaha menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana. Bahasa keseharian yang mampu dicerna dengan baik oleh mereka. Asalkan apa yang disampaikan mengena dan dipahami dengan baik, saya tak salah jika cara-cara itu dilakukan. Bahkan tak jarang, saya berusaha menyelipkan joke-joke di setiap pertemuan dengan masyarakat.

Menguasai atau setidaknya mengetahui dan memahami nilai-nilai lokal suatu wilayah juga sangat penting. Artinya, ketika mengadakan pertemuan dengan sebuah komunitas masyarakat yang memiliki ciri khas (bahasa kampung-red), seperti di Loloan dan Pengambengan, sebisa mungkin saya berusaha menyelipkan “bahasa kampung” saat menyampaikan program. Dengan cara ini, saya yakin masyarakat merasa dihargai dan tentunya akan berujung pada keiklasan mereka, minimal untuk mendengarkan dan memahami apa yang saya sampaikan.

Apakah hanya itu?
Seperti yang saya sampaikan, saya selalu berusaha “menyamakan kedudukan” dengan masyarakat. Dalam artian, ketika berbicara atau terjun ke masyarakat, saya selalu berusaha menjadi masyarakat biasa, walaupun masih dalam urusan dinas. Ini pendekatan awal yang saya lakukan sehingga mereka (masyarakat-red) tidak terlalu tegang. Karena kalau dilihat, selama ini masyarakat cenderung menjadi tegang ketika mendapat kunjungan dari seorang pejabat, entah itu camat, kepala dinas, hingga bupati atau wakil bupati. Bagaimana mereka bisa menerima informasi dengan baik jika sudah tegang duluan?

Apakah keberadaan anda sebagai perempuan berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan anda?
Tentu saja. Ini tak dapat ditolak. Tapi pastinya, sukses tidaknya seorang pemimpin ditentukan oleh SDM dan kepekaan masing-masing terhadap lingkungannya, tidak memandang apakah pemimpin itu seorang perempuan atau pria. Secara pribadi, saya menilai kelebihan sosok pemimpin perempuan terletak pada ketelitiannya. Hal-hal sekecil apapun tentunya tak luput dari perhatiannya. Itu kalau pemimpinnya peka! Kalau tidak, ya pasti terlewat begitu saja.

Keberhasilan seorang pemimpin tentunya juga sangat ditentukan oleh keiklasan kerja para staf yang berada di bawah kepemimpinannya. Bagaimana cara anda merangkul staf untuk menghasilkan kinerja yang apik dan sepaham ketika menjalankan program?
Saya selalu berusaha menciptakan suasana kerja yang nyaman. Tapi tentu saja ini bukan berarti staf boleh bersantai-santai. Menciptakan suasana kerja yang nyaman memiliki pengertian bagaimana langkah kita untuk menghargai para staf. Contohnya, ketika salah seorang staf memiliki kesalahan, saya berusaha menegurnya dengan sopan, dan tentunya diselingi candaan.

Berdasarkan pengalaman, cara ini terbukti ampuh “menyadarkan” mereka dari kesalahannya. Selama ini, saya sangat menghindari tindakan untuk memarahi seorang staf di depan para staf lainnya. Selain untuk menjaga perasaannya, cara itu hanya akan memupuk perasaan tak enak. Jika berbuat kesalahan fatal, saya pasti memanggil yang bersangkutan ke ruangan. Peringatan dan sanksi tegas tentunya tetap berlaku jika staf tersebut melakukan kesalahan fatal yang sama berulang kali. Jadi di saat-saat tertentu, saya juga bisa bertindak keras pada mereka.

Tugas sebagai camat tentunya banyak menyita waktu anda. Bagaimana cara anda mengatur waktu mengingat juga kodrat anda sebagai seorang ibu dan istri?
Saya selalu berprinsip, jangan biarkan waktu mengatur kita, tapi kitalah yang mengatur waktu. Jadi seusai dinas, saya selalu menyempatkan diri bersama keluarga. Di rumah, saya hanyalah seorang istri dan ibu dari anak-anak, bukan camat! Jadi ketika ada urusan dinas di luar jam kerja, saya selalu berkoordinasi dengan suami. Jika suami tidak mengijinkan, saya tidak akan melanggarnya. Untungnya, saya memiliki suami yang demokratis dan selalu mendukung apa yang saya lakukan selama itu tidak mengganggu rumah tangga.

Bahkan ketika pertama kali ditunjuk sebagai camat, saya pun meminta pertimbangan suami. Jika suami tidak mendukung, saya pasti langsung menghadap bupati dan meminta mengurungkan kebijakan beliau untuk memberi jabatan camat kepada saya. Saya hanya ingin menyeimbangkan karir dan rumah tangga.

Apa pengalaman menarik anda selama menjabat sebagai Camat Negara?
Seluruhnya menarik. Baik dan buruk adalah bagian dari tugas yang memang harus dihadapi. Tapi yang paling istimewa tentunya saat berada di tengah-tengah masyarakat. Menjalin kekerabatan bersama mereka, turut menikmati kesahajaan hidup mereka. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain bertemu langsung dengan masyarakat.
BACA JUGA :


Comments :

0 komentar to “Ni Wayan Koriani, SH; Pola Keibuan dan Joke-Joke Segar”

Posting Komentar