INGIN PASANG IKLAN ATAU ADVETORIAL DI SINI? HUBUNGI AYU DEVIE (+6281 916 405 532) ATAU WAYAN SUNANTARA (+6281 558 184 955)

Inovatif, Imajinatif dan Inspiratif

Dr. Riant Nugroho Dwidjiwiyoto menulis sebuah artikel dengan judul yang sangat provokatif, “Inovasi atau Mati!”atau istilah gagahnya, “Innovate or Die!”. Kenapa tulisan Dr. Riant Nugroho ini menjadi menarik dan penting? Tentu selain bobotnya yang di atas lumayan secara kontekstual, tulisan Dr. Riant Nugroho ini secara emosional sangat erat kaitannya dengan keberadaan Kabupaten Jembrana hari ini, di bawah kepemimpinan Bupati Prof. Dr. I Gede Winasa. Bupati yang dikenal dengan moto kerja “Inovasi Tiada Henti” di era otonomi daerah ini.

Di dalam artikelnya, Dr. Riant Nugroho memulainya dengan sangat enak, “Hari ini tidak ada kata yang lebih penting daripada kata inovasi. Inovasi bukan saja menentukan keunggulan. Inovasi menentukan apakah negara, daerah, organisasi, keluarga, atau manusia, tetap bertahan hidup dan berkembang ataukah mati. Baik mati secara fisikal atau material atau raga, mati secara jiwa atau psikis, dan mati secara rohani atau spiritual”.

Lantas apakah inovasi atau inovatif itu? Menurut seorang filsuf, Joseph Schumpetter, inovasi adalah “the creative destruction”. Pendapat J. Schumpetter tentu tidak harus diterima begitu saja. Atau boleh jadi, kita tidak harus menjadi sepakat atas pendapat tentang difinisi atau arti dan makna inovasi yang diberikan JS.

Inovasi adalah bagaimana kita mengkreasikan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Inovasi adalah melahirkan sesuatu nilai atau value dari ketiadaan. Dengan menggunakan pemahaman ini, saya tidak mengikuti pemahaman Konfusius maupun Zen bahwa ketiadaan itu sendiri adalah ada. Hanya mereka yang hidup dalam dunia non-fisik atau non-materi atau non-raga saja yang mempunyai keabsahan secara absolut untuk tidak membedakan nilai antara ada dan tiada. Ini masih menurut Riant Nugroho.

Kualitas Pemimpin
Sejak digulirkannya kebijakan otonomi daerah, kata inovasi atau inovatif seolah berubah menjadi kata-kata sakti. Seperti kata revolusi di-era Orde Lama, atau kata pembangunan di era kepemimpinan Jenderal Besar Soeharto. Demikian juga di Kabupaten Jembrana, kata inovasi sering menjadi kata rangkai bagaikan bumbu penyedap pada setiap kebijakan dan program yang diambil serta dilakukan oleh pemerintah daerah, di dalam menerjemahkan berbagai kerja dan karya sebagai abdi rakyat dan abdi negara, pun abdi pemerintah. Maka, tidaklah berlebihan kalau kemudian Kabupaten Jembrana dikenal sebagai salah satu daerah yang kaya akan karya-karya dan program-program inovatifnya. Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimanakah sebuah karya inovatif dapat dilahirkan? Atau, apakah setiap pemimpin akan mampu melahirkan karya-karya inovatif? Jawaban sederhananya, memang sudah seharusnya seorang pemimpin memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan mereka-mereka yang dipimpinnya, termasuk di dalam melahirkan ide-ide dan karya-karya yang lebih cemerlang, lebih inovatif, untuk dipersembahkan sebagai abdi ageng. Artinya, lahir tidaknya sebuah karya inovatif bagi sebuah daerah atau negara, akan sangat ditentukan oleh kualitas para pemimpinnya.

Sebuah ungkapan, “seorang pemimpin besar, haruslah juga merupakan pemimpi besar”, mungkin dapat digunakan sebagai padanan akan arti penting kualitas seorang pemimpin. Pada tataran dunia, cukup banyak pemimpin besar yang juga pemimpi besar. Sebutlah itu Jengis Khan, Pemimpin Besar Bangsa Mongol yang memiliki nama kecil Tumucin yang berarti pandai besi itu. Demikian juga dengan sosok Kemal Pasha Atatur, yang kemudian dinobatkan sebagai Bapak Bangsa Turki, hingga tokoh-tokoh kontroversial abad modern Adolf Hitler!

Demikian juga pada tataran nasional, Bung Karno sebagai Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, atau Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi, Ki Hajar Dewantara dengan konsep Taman Siswa-nya, Jenderal Sudirman dengan taktik gerilya-nya, hingga generasi yang melahirkan Jenderal Besar Soeharto sebagai Bapak Pembangunan atau Habiebie yang lebih dikenal dengan pendekatan teknologinya. Tentunya, masih banyak lagi pemimpin-pemimpin non formal yang terlalu panjang jika disebutkan satu persatu.

Beberapa nama di atas, jelas merupakan sosok pemimpin yang sesuai dengan ungkapan, “pemimpin besar, pemimpi besar” itu. Demikian juga di dalam karya-karya mereka, atau buku-buku tentang mereka. Bagaimana di dalam seluruh sepak terjangnya Jengis Khan bermula dari mimpi-mimpi. Atau Bung Karno di dalam meletakkan pondasi berbangsa dan bernegara bagi Indonesia Raya tercinta di awal-awal kemerdekaan, jelas berawal dari sebuah mimpi anak bangsa akan sebuah kebebasan dan pembebasan.

Tetapi seorang pemimpin, bukanlah seorang pemimpi. Seorang pemimpin adalah sosok yang mampu untuk menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi sebuah kenyataan demi kemaslahatan orang banyak.

Imajinatif
Dibalik kata inovatif, sebenarnya ada kata kunci yang membuat seseorang mampu untuk mengoptimalkan mimpi-mimpinya sehingga lebih terkonstruksikan, untuk kemudian dilahirkan sebagai sebuah karya. Dan kata itu adalah apa yang disebut sebagai imajinasi. Artinya, hanya mereka-mereka yang memiliki kemampuan imajinasi yang tinggi yang akan mampu melahirkan ide-ide cemerlang yang penuh dengan inovasi. Karena tanpa kemampuan imajinatif yang tinggi, ide-ide yang lahir akan berhenti pada sebuah ide semata atau tidak lebih sebagai pengulangan akan ide yang ada sebelumnya.

Kemampuan imajinatif seseorang, tentu akan sangat mempengaruhi kualitas karya yang dilahirkannya. Seperti juga Bung Karno, jelas merupakan sosok anak bangsa dengan kemampuan imajinatif yang jempolan, serta kemampuan intelektual yang berada di atas orang kebanyakan. Hal ini dapat dibuktikan dari karya-karya yang dilahirkannya selama perjalanan hidupnya. Apakah lewat pidato-pidatonya, atau juga karya-karya tulisnya yang kini banyak tersebar dan tidak sulit untuk didapatkan.

Bung Karno adalah seorang maestro. Seorang seniman besar yang dimiliki Indonesia, dengan karya-karya besarnya pula. Dengarlah bagaimana Bung Karno berpidato. Dengan gaya orator yang kental, Bung Karno mampu membakar dan memprovokasi bangsanya. Simak dan bacalah juga pidato-pidato Bung Karno dengan bobot susastra yang demikian kental dan berkualitas, atau seleranya akan karya dan benda seni.

Kemampuan imajinatif seorang Bung Karno telah terbukti melahirkan sebuah karya besar yang bernama Indonesia. Sebuah karya inovatif yang selalu bergerak up and down, setelah jatuh bangun kembali, setelah jatuh bangun kembali! Demikianlah Bung Karno menggambarkan keberadaan bangsanya. Sebuah bangsa yang tidak pernah berhenti dan tidak akan pernah berhenti.

Pada sosok Bung Karno, kita temukan pondasi imajinatif yang kemudian mampu melahirkan karya-karya inovatif yang tinggi. Seperti juga apa yang terjadi di Kabupaten Jembrana, karya-karya inovatif yang terlahir, tentu berawal dari sebuah pengembaraan imajinasi dan mimpi-mimpi seorang pemimpin.

Kemudian, sejauhmana karya-karya inovatif dan imajinatif itu memberikan arti dan maknanya? Jawabannya adalah, sejauhmana sebuah karya inovatif-imajinatif mampu memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk berbuat sebaik-sebaiknya, bahkan lebih baik dari karya inovatif dan imajinatif yang sudah ada. Ukurannya, ada pada kualitas nilai-nilai kemanusiaan atau humanity yang terbangun dan dilahirkannya.

Dharma Santika Putra
Pemimpin Redaksi Tabloid Independen News
BACA JUGA :


Comments :

1
Sepeda mengatakan...
on 

Thx infonya

Posting Komentar