INGIN PASANG IKLAN ATAU ADVETORIAL DI SINI? HUBUNGI AYU DEVIE (+6281 916 405 532) ATAU WAYAN SUNANTARA (+6281 558 184 955)

PERPUSTAKAAN; Gudang Ilmu yang Kian Merana

Buku-buku itu kini berdebu. Tergeletak. Barangkali, ia merindukan sebuah sentuhan. Menunggu tangan-tangan yang membuka dan membedah dirinya....

Lengang. Inilah gambaran kondisi sebagian besar perpustakaan di Jembrana. Entah itu Perpustakaan Daerah Negara ataupun perpustakaan sekolah di Jembrana. Perpustakaan kini seolah hanya menjadi pelengkap, tanpa ada keinginan untuk menelisik lebih jauh arti penting keberadaan perpustakaan tersebut.

“Barangkali, letak Perpustakaan Daerah yang berada di areal Kantor Bupati Jembrana juga menyebabkan kondisi ini. Setahu saya, yang namanya Perpustakaan Daerah seharusnya berada di luar areal perkantoran. Ia harus berada di tengah-tengah masyarakat. Kalau di dalam lingkungan kantor bupati, saya rasa masyarakat akan enggan berkunjung. Saya pribadi merasa risih kalau harus berkunjung ke sana,” tutur Arya Lesmana, seorang warga yang dahulu biasa menghabiskan waktu-waktu senggangnya di perpustakaan.

Selain karena lokasi perpustakaan yang kurang strategis tersebut, kelengkapan koleksi buku bacaan di perpustakaan bisa jadi turut menjadi pemicu rendahnya minat masyarakat mengunjungi perpustakaan. Karena ketika berkunjung ke sana, masyarakat hanya akan menemukan koleksi-koleksi bacaan lama.

“Alangkah baiknya jika perpustakaan mampu mengikuti perkembangan buku. Artinya, jenis buku bacaan, apalagi buku yang sedang booming di pasaran, senantiasa tersedia di perpustakaan. Sedikit tidak, ketersediaan ini akan melahirkan keinginan masyarakat untuk (kembali) berkunjung dan hunting buku yang dibutuhkannya di sana,” harapnya.

Sepinya pengunjung akibat rendahnya minat akan keberadaan perpustakan ini tidak hanya dapat ditemukan di Perpustakaan Daerah Negara saja. Kondisi serupa juga menghinggapi beberapa perpustakaan sekolah di Jembrana. Kini, perpustakan bukanlah tempat populer lagi di kalangan para siswa.

Atas kondisi tersebut, tentu saja berbagai alasan mengemuka. Mulai dari tidaknyamannya lokasi perpustakaan hingga kurangnya jenis buku bacaan, terutama buku penunjang mata pelajaran di sekolah.

“Sebagian besar siswa yang berkunjung ke perpustakaan biasanya untuk mencari referensi atau buku penunjang lain dari buku pedoman yang digunakan. Tapi ketika buku itu tidak tersedia di perpustakaan sekolah, untuk apa ke sana? Apalagi yang kita temui hanyalah koleksi buku lama saja. Itu namanya hanya membuang-buang waktu saja,” tutur salah seorang siswa yang bersekolah di salah satu SMA negeri di Jembrana.

Minimnya buku penunjang memang menjadi permasalahan yang dihadapi perpustakaan sekolah. Karena idealnya, perpustakaan sekolah dilengkapi dengan buku pendamping (penunjang-red) yang lebih spesifik, yakni buku yang dibutuhkan siswa untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, tetapi sulit diakses baik karena harga mahal atau terbatas.

Standar minimal
Sementara Kabid Data di Dinas Inkom, Yanum, Perhubungan dan Data (Inyahud), Drs. I Wayan Suparsa, M. Si., menegaskan tiap tahunnya, pihaknya senantiasa mengadakan penambahan hingga 2000 buku baru dari segala kategori. Jumlah ini merupakan stadar minimal penambahan buku untuk perpustakaan daerah. Pengadaan buku itu sendiri berasal dari dana APBD Jembrana, disamping dropping dari perpustakaan provinsi dan sumbangan masyarakat. Namun ia mengakui, jumlah ini masih jauh dari cukup mengingat perkembangan penerbitan buku saat ini mengalami peningkatan yang sangat pesat.

“Setiap tahun, biasanya kami meminta daftar buku dari berbagai penerbit. Dari sana, kami memilih judul-judul buku yang akan kami jadikan pelengkap koleksi perpustakaan. Kami berangan-angan menciptakan perpustakaan tanpa batas. Artinya, selain memperoleh dari buku-buku yang tersedia di perpustakaan, mereka (pengunjung-red) juga bisa mencari referensi di internet. Kami sudah menyediakan tujuh fasilitas internet sejak Juli 2007,” jelas Suparsa.

Sejak pemasangan sarana internet, Suparsa mengakui bahwa ada peningkatan pengunjung di perpustakaan. Rata-rata, jumlah pengunjung mencapai 30 orang dalam satu harinya. Namun dari keseluruhan jumlah pengunjung, hampir 70 persen bertujuan menggunakan internet daripada membaca buku. Sementara untuk menarik minat masyarakat ke perpustakaan, pihaknya rutin melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah sekaligus melakukan pembinaan ke perpustakaan-perpustakaan sekolah. “Kebanyakan pengunjung berasal dari siswa SMA dan mahasiswa. Biasanya mereka ke sini (perpustakaan daerah-red) mulai jam 10 pagi sampai jam 2 siang,” katanya.

Disinggung mengenai minimnya minat siswa mengunjungi perpustakaan sekolah, Suparsa menilai terjadi kejenuhan di kalangan siswa untuk berkutat dengan buku. Maka, sudah waktunya perpustakaan sekolah dilengkapi fasilitas IT.

Sementara Kepala SMA Negeri 2 Negara, Drs. I Nyoman Suandhia, menjelaskan kondisi perpustakaan di sekolah tersebut kurang memadai. Bahkan, koleksi buku di salah satu sekolah kajian di Jembrana ini sangat terbatas.

“Sejak pertama kali berdiri, kami telah menyiapkan ruangan yang akan dijadikan ruang perpustakaan. Namun karena koleksi buku yang ada sangat minim, banyak siswa yang enggan ke perpustakaan sekolah dan beralih mengunjungi perpustakaan daerah. Sebagai kepala sekolah, saya dapat memaklumi kondisi ini. Mungkin mereka ingin mencari buku-buku penunjang yang lebih lengkap, yang tidak tersedia di sekolah ini. Kami juga telah mengajukan proposal bantuan buku ke pemerintah daerah. Namun hingga kini belum ada hasilnya. Sekolah ini juga jarang sekali mendapat bantuan buku, baik dari pemerintah daerah maupun pusat. Selama ini, kami hanya mengandalkan bantuan buku secara sukarela dari siswa kelas XII ,” jelas Suandhia.

Sangat disayangkan memang jika kondisi ini terjadi. Apalagi jika dilihat, tambah Suandhia, minat membaca siswa di sekolah ini sangatlah besar. Setiap harinya, sekitar 15 persen siswa dipastikan mengunjungi perpustakaan Namun tentunya, persentase ini akan jauh merosot karena siswa merasa jenuh akibat minimnya koleksi buku yang ada.

Kondisi ini tidak hanya terjadi di SMA Negeri 2 Negara saja. Realita serupa juga terjadi hampir di sebagian besar sekolah di Jembrana. Sangat ironis, memang. Sayang bukan jika semangat membaca akhirnya “runtuh” akibat keterbatasan bahan bacaan?
BACA JUGA :


Comments :

0 komentar to “PERPUSTAKAAN; Gudang Ilmu yang Kian Merana”

Posting Komentar